Kasus Corona Virus Disease (Covid-19) yang terus bertambah di Papua, membuat dunia pendidikan tinggi meniadakan proses belajar mengajar secara tatap muka. Sebagai gantinya, berbagai institusi menggelar perkuliahan online atau daring. Dengan berbagai kendala dalam pelaksanaannya, Unit Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (TIPD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua berupaya memaksimalkan segala upaya agar perkuliahan tetap berjalan survive.
“Untuk saat ini kami menggunakan aplikasi Telkomsel Cloud untuk perkuliahan online dengan menyesuaikan jadwal yang sudah ada,” papar Kepala TIPD Abubakar Siddiq, S.HI kepada Tim Humas IAIN Fattahul Muluk Papua, 17 April 2020.
Bersama timnya, ia memfasilitasi kebutuhan dosen dan mahasiswa untuk melaksanakan perkuliahan secara daring yang membutuhkan kuota internet atau paket data. Menurutnya, pihaknya menindaklanjuti surat edaran pemerintah dan Rektor IAIN FM Papua yang mengharuskan seluruh aktifitas kantor dan perkuliahan dilakukan melalui rumah masing-masinf atau Work From Home (WFH).
“Ini agar perkuliahan tetap berjalan, dan mahasiswa tidak dirugikan, jadi ada upaya untuk memaksimalkan anggaran dengan pembelian paket dari Provider internet yang bisa didapat lebih murah oleh mahasiswa,” ujarnya.
Selain itu, TIPD juga memberikan bimbingan teknik kepada petugas yang ditunjuk sebagai hosting di tiap fakultas. “Petugas hosting bertugas mengatur jadwal perkuliahan secara online,” imbuhnya.
Meskipun begitu, Abubakar tidak memungkiri bahwa masih ada keterbatasan dalam perkuliahan daring ini. “Yang jelas, peserta dapat menikmati harga yang jauh lebih murah, hanya dikenakan biaya 10 rupiah untuk kuota internet 30 giga,” jelasnya. Ia berharap Tim TIPD mendapat dukungan penuh baik personil, moril maupun perangkat untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan online secara maksimal.
Beberapa dosen mengaku cukup terbantu dengan upaya dari TIPD.
“Pembelajaran jadi berlangsung ekonomis,” ujar Ika Putra Viratama, M.Pd, Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua. Meski demikian, secara umum ia mengakui banyak kekurangan dan kendala dalam proses perkuliahan online. “Ada HP mahasiswa yang tidak support dengan aplikasi ini,” jelasnya. Dosen lain menyatakan hal serupa. “Beberapa mahasiswa yang tempat tinggalnya tidak terjangkau oleh signal 4G tidak dapat ikut kegiatan kuliah daring ini,” urai A. Ubaidillah, M.Pd. Belum lagi, tambahnya, ada mahasiswa yang tidak memiliki smartphone yang kompatibel dengan aplikasi tersebut.
Sebagai dosen, mereka sangat mengapresiasi kinerja unit TIPD yang telah mengupayakan pambelian paket data yang murah untuk mahasiswa. “Semoga pemerintah juga ambil peran dalam memantau berjalannya pendidikan sehingga untuk masalah kuota atau paket data dapat teratasi tanpa tumpang tindih mengharap di satu kampus,” pungkasnya.